Hari ini, saya bertemu dengan seseorang yang dengan bangga akan saya sebut sebagai sahabat. Perjalanan kehidupan membawa kami harus bertemu, meski pertemuan itu adalah bagian dari sebuah bentuk rekonsiliasi. Hal menarik memang karena dalam tatap muka itu muncul sebuah kata dengan menyebut saya adalah seorang yang idealis.
Prinsip dan Idealisme |
Secara pribadi saya lebih memilih menyebut diri ber-Prinsip ketimbang idealis. Mengapa? karena saya punya pandangannya sendiri menurut pikiran dan tafsiran saya. Dan akan saya tuangkan pikiran dan pandangan saya melalui tulisan artikel ini.
Pandangan Sederhana Tentang Idealis (Idealisme)
Menurut Fichte, idealisme adalah keyakinan akan kejujuran yang teguh untuk melaksanakan tindakan-tindakan dalam kehidupan bermasyarakat. Di sisi berbeda, menurut Forsyth (1992) idealisme diarahkan pada pribadi yang menganggap penting keyakinan atas nilai-nilai kebenaran, dimana atas dasar nilai kebenaran itu memberikan cerminan atas tindakan dan perilaku positif yang membuatnya terhindar dari konsekwensi negatif.
Dari gambaran definisi 2 (dua) ahli yang disebutkan diatas, secara gamblang saya memberikan gambaran mengenai idealisme adalah keinginan atau sebuah obsesi dalam pemikiran yang dalam wujud lainnya juga bisa dikatakan sebagai cita-cita dengan harapan tinggi untuk terus digapai, dengan menjadikan norma dan etika sebagai dalil untuk mendapat pengakuan atas pandangannya.
Bagi sebagian pihak atau oknum, pemikiran idealis atau keidealismean adalah merujuk pada hal yang bersifat negatif. Dalam pemikiran saya, klaim idealis seperti ini terkadang lahir dari pernyataan seseorang yang mendapatkan pengaruh dari sumber pihak lain atas dasar suka atau tidak suka. Biasanya sumber ini adalah pihak dengan gaya pemikiran sempit, dengan pola berpikir atau pemahaman pendek yang karena keterbatasan wawasan sehingga sulit menggapai atau mengimbangi cara berpikir dari subjek yang disebut idealis.
Dasar Pemikiran Saya Tentang Prinsip
Merujuk pada KBBI prinsip di maknai sebagai asas atau dasar, dimana kebenaran dijadikan pokok dasar dalam berpikir dan bertindak. Jika mengambil pemahaman dari halaman ensiklopedia bebas Wikipedia, prinsip bahkan dinyatakan sebagai pernyataan fundamental (fundamental = mendasar, hal dasar, bisa juga fondasi dasar).
Menjalani kehidupan berprinsip bukan berarti tidak berusaha untuk tetap fleksibel dalam mengambil langkah atau keputusan atau juga berpikir. Memegang sebuah keyakinan atas dasar prinsip merupakan pelaksanaan suatu norma sesuai dengan ketentuannya, meskipun pada hakekatnya setiap orang punya cara berpikir atau prinsipnya dengan dalil dasarnya yang berbeda-beda.
Prinsip yang dijalankan atas dasar norma dengan berdasar pada ketentuan disini maksudnya adalah pemikiran atau pandangan atas dasar dengan kelaziman yang telah punya aturannya, hal mana aturan disini yang saya maksud adalah nilai-nilai kebenaran yang secara langsung atau tidak langsung dapat diterima secara akal sehat. Prinsip membentuk seseorang menjadi lebih berkarakter sehingga lahir kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Tak bisa dipungkiri cara berpikir idealis dan terlihat berprinsip terkadang menjadi hal yang menyulitkan pihak lain, hal ini biasanya terjadi karena bagi pihak lain akan mengganggu atau menghambat kepentingannya. Jika hal itu tentang kepentingan banyak orang maka bukanlah hal merugikan, tapi jika sebagian pihak terasa dirugikan berarti ini menyangkut kepentingan pribadi.
Bagi saya, memegang teguh prinsip adalah kebanggan karena memberi ruang bagi saya untuk lebih nyaman setelah mengambil atau melakukan tindakan yang lahir dari berpikir realistis atas dasar prinsip. Idealis terkadang baik, tapi prinsip akan tetap membawa kita tetap fleksibel dalam menentukan mana hal baik atau hal buruk.
Comments
Post a Comment