Semangat Menembus Batas
Gunung Klabat 2007 |
Kala pikiran terpaut dengan kata hati atas sebuah keyakinan dan persepsi yang tak bisa menolak akan satu fokus yang diyakini. Dimana satu kaki berpijak menyeret assa dan kerinduan, dan satu kali lagi seolah menunggang gunung dengan beban beratnya dengan harap menemukan bunga edelweise yang dinantikan.
Memang narsis sejak doeloe, G. Klabat 2007 |
Bertubi berhadapan dengan serangan binatang buas, pendakian seperti perjuangan meraih kemenangan atas sebuah perang. Ingin rasanya berteduh dari panasnya sengatan matahari di siang hari, dan berusaha menghangatkan tubuh dengan selembar kain baju yang membungkus tubuh.
Keyakinan atas perjuangan mencapai puncaklah yang membuat kaki terus melangkah. Tak peduli serangan hewan buas, sengatan matahari atau bahkan sengatan dingin di malam hari. Karena di ujung sana akan ada pemandangan indah yang akan memanjakan hidup dan mata yang penuh harapan.
Bebatuan, kerikil dan lubang seolah menyumbat peradaban. Terkadang ketidakpedulian membuat kita tertawan hanya karena keadilan yang disalahgunakan, kebenaran yang dikangkangi dan kejujuran yang dinistakan.
G. Klabat 2007 |
Semangat menembus batas terkadang menjadi ancaman yang timbul dari kekejaman roh buas seolah menambah hebatnya perjuangan hidup yang tak berujung endingnya. Kekacauan akan sembrawutnya pikiran mencerminkan betapa pribadi ini masih belum cukup kuat untuk terus bangkit. Tapi itu semua hanya fatamorgana, karena bangkit hanyalah masalah waktu.
Adalah hal yang aneh ketika beberapa hal dalam hidup ini seolah terus berulang. Meskipun tahu bahwa jurang itu hitam dan gelap. Hanya Tuhanlah yang maha tahu dan berkuasa atas segala sesuatunya yang sudah, sedang atau bahkan yang akan terjadi selanjutnya.
Kita tidak akan menyalahkan Dia yang maha besar, ketika jalan kita berbelok dari jalan yang diarahkanNya. Karena seharusnya, kita bisa berpikir untuk kemudian memilah dan memilih jalan dan tindakan apa yang seharusnya.
Akan selalu ada pertanyaan, masih elokkah kita menuntut keadilan saat bintang mengitari rumah kita padahal kita tak tahu sekeliling mana saja bagian rumah yang tidak mendapat seinarnya? Saat keangkuhan masih mendekap denyut setiap nadi kealpaan, masih niatkah emosi kita mendahului setiap ilmu dan pikiran dariNya?
G. Klabat 2007 |
Heyyyy, bangkittt dan kuatkan pijakan kakimu..
Tancapkan akar semangat yang dalam didasar tanah..
Tumbuhkan kembali benih-benih kebesaran Tuhan..
Dan, rauplah harmoni indah atas bernaung dalam namaNya..
Karena Dia telah berjanji bahawa Ia takkan pernah mengkhianati kita, dimana Ia akan selalu memberi tanpa selalu kita minta. Tapi kita harus sadar karena cepat atau lambat, olehNya kita akan secepatnya kembali padaNya..
Comments
Post a Comment