Klenteng Hok Sin Bio menjelang malam hari (image : googlemaps/fernando.aray) |
Klenteng HOK SIN BIO Kayawu
Klenteng Hok Sin Bio dapat di jumpai di Kel. Kayawu, Kec.Tomohon Utara-Kota Tomohon. Terletak pada kordinat 1.33102822241, 124.80686377 dan tepat berada bersebelahan dengan situs budaya Suku Minahasa di Kayawu yaitu Watu Sumanti dan Waruga.
Lokasi Klenteng Hok Sin Bio, googlemaps
Selesai dibangun pada tahun 2016, tempat ini merupakan tempat sembayang atau ibadahnya para keturunan Tionghoa. Banyak pendatang jauh-jauh datang untuk ibadah atau sekedar wisata rohani, baik dari dalam daerah Sulawesi Utara maupun dari pulau Jawa dan lainnya.
Terdapat ornamen naga yang besar melingkar pada tiang pintu masuk yang merupakan ciri khas klenteng, dimana bangunan ini didominasi cat warna merah yang memberikan aura kemegahannya.
Ornamen naga pada tiang pintu masuk klenteng. |
Dari pusat Kota Tomohon dapat ditempuh dengan waktu 15 menit dan jarak tempuhnya kira-kira 6 km. Bila dari Bandara Internasional Samratulangi Manado berjarak sekitar 35 km dan waktu tempuhnya antara 1 - 1,5 jam. Sedangkan dari pusat Kota Manado hanya berkisar 25 km dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam.
Klenteng ini merupakan klenteng terbesar di Kota Tomohon. Dan salah satu klenteng selain yang terdapat pada vihara-vihara di kota ini yaitu Vihara Budhayana dan Vihara Surya Dharma di Kakaskasen dan klenteng lainnya.
Altar Klenteng Hok Sin Bio Kayawu (image : googlemaps/fernando.aray) |
Bangunan ini berdiri megah dan indah di bawah kaki G. Lokon tepatnya di Kayawu. Sebuah daerah yang notabene tak memiliki penduduk beragama Budha atau Konghuchu. Aneh memang, tapi inilah uniknya dan hebatnya toleransi beragama disini. Kayawu, tempat lahir saya (penulis).
Perlu di ketahui, Kelurahan Kayawu sendiri mayoritas 99.98 % menganut kepercayaan Kristen (Protestan + Katholik), 00,02 % Islam. Tidak adanya penganut kepercayaan Budha dan Konghuchu, kehadiran klenteng justru menambah nilai toleransi di tanah Minahasa, khususnya Kota Tomohon.
Perbedaan Klenteng dan Vihara
Menurut berbagai sumber, pada dasarnya vihara dan klenteng mempunyai perbedaan yang kental. Dari sisi strruktur bangunan, klenteng bergaya arsitek tradisional tionghoa sedangkan vihara dapat berarsitektur lokal dengan fungsi utama untuk spiritual saja.
Area depan Klenteng Hok Sin Bio |
Awalnya klenteng merupakan tempat untuk ritual menghormati dewa atau para leluhur dari pengunjungnya sesuai dengan nama marganya. Selain tempat ibadah, biasanya dalam klenteng disediakan tempat mempelajari agama leluhurnya sesuai ajaran masing-masing yaitu Konghucu, Taoisme dan Budha.
Klenteng merupakan tempat ibadah bagi keturunan Tionghoa. Tempat ini biasanya didatangani untuk beribadah oleh penganut Budha atau Konghucu. Dalam perkembangannya, penggunaan klenteng mengalami pasang surut oleh karena rezim Orde Baru di Indonesia sebelumnya.
Tangga naik memasuki klenteng Hok Sin Bio |
Menurut wiki.edunitas.com, pada halaman artikelnya tentang Vihara, Klenteng dan Orde Baru :
Perbedaan antara klenteng dan vihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuklah itu kepercayaan tradisional Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru. Klenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi istilah dari bahasa Sansekerta ataupunbahasa Pali, mengubah nama sebagai vihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Budha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah kemudian umat awam sulit membedakan klenteng dengan vihara.
Dibawah ini beberapa foto Klenteng Hok Sin Bio di Kayawu.
Tampak depan klenteng |
(Mohon maaf dan koreksinya apabila ada kesalahan dalam penulisan artikel ini)
Comments
Post a Comment