ARIE FREDERIK LASUT
Arie Frederik Lasut, Bapak Pertambangan Indonesia (source image) |
Namanya Arie Fredrik Lasut, pahlawan nasional kelahiran dari Sulawesi Utara. Beliau merupakan Ahli Geologi dan pertambangan yang menjadi salah satu orang paling tahu bagaimana kekayaan sumber daya pertambangan Indonesia waktu itu. Pasca kemerdekaan, Pemerintah Kolonial Belanda yang berusaha merebut kembali Indonesia memerintahkan untuk mencari Arie Frederik Lasut atas pengetahuannya mengenai kekayaan-kekayaan pertambangan nasional. Kecintaan dan kesetiaan terhadap bangsa ini berujung pada kematiannya ditangan pemerintah kolonial saat itu.
Pendidikan dan Keluarga Arie Frederik Lasut
Ayah dan Ibu Arie Frederik Lasut (source image) |
Kelahiran Minahasa, Sulawesi Utara tepatnya di Desa Kapataran, Tondano pada tanggal 6 Juli 1918 dari keluarga berpendidikan turut membawanya menjadi anak yang cerdas. Ayahnya merupakan seorang Guru bernama Darius Lasut dan ibunya bernama Ingkan Supit. Berasal dari keluarga terpandang, keluarga ini juga hidup dari pertanian sebagaimana keluarga-keluarga di Minahasa masa itu. Mempunyai 7 orang saudara kakak beradik dengan 3 wanita dimana dia anak kedua dan anak laki-laki tertua. Salah satu adiknya, Willy Lasut kelak menjadi Gubernur daerah Sulawesi Utara tahun 1977-1978, dan dikenal karena sosok merakyat yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat Sulawesi Utara.
Arie Frederik Lasut menikah dengan wanita Minahasa bernama Nieke Maramis, dimana dikarunia seorang putri cantik yang lahir pada 23 Maret 1944 diberi nama Winny Lasut. Winny menikah dengan Lukman Arifin pria asal Minangkabau dan mempunyai 3 orang putra. Nieke meninggal pada usia mudah karena keguguran anak kedua di tahun 1947 saat usia putrinya berumur 3 tahun.
Istri dan Anaknya (source image) |
Arie, sapaan masa kecilnya menempuh pendidikan di Hollands Inlandse School (HIS) di Tondano. Melanjutkan pendidikan Guru di Hollandse Inlandsch Kwekschool (HIK) Ambon pada tahun 1933 dan melanjutkannya di Bandung. Merasa punya kemampuan di bidang lain, ia hijrah ke Jakarta untuk masuk ke Algemeene Middelbare School (AMS) yang merupakan Sekolah Menengah Atas untuk anak-anak kolonial Belanda dan anak-anak pribumi Indonesia dari keluarga terpandang.
Lulus tahun 1937, Arie Frederik Lasut memutuskan menjadi dokter dengan menempuh pendidikan kedokteran di Geneskundige Hoogee Schol tapi terhenti setahun kemudian karena kesibukannya setelah diterima bekerja di Departemen Urusan Ekonomi (Departement van Ekonomische Zaken). Pada tahun 1939 masuk pendidikan ke Technihe Hoogeeschool tee Bandung atau Sekolah Teknik Bandung (ITB Saat ini) dengan beasiswa dari Djawatan Pertambangan atau Dienst van den Mijnbouw sebagai asisten geolog pada waktu itu.
Karir dan Perjuangan Sang Ahli Geologi Pertambangan
Pada tahun 1942 saat terjadi serangan Jepang, Arie bekerja pada Djawatan Pertambangan milik Kolonial dan bertemu Soenoe Soemosoesastro. Kelak mereka berdua menjadi ahli geologi pertama di Indonesia dan mendirikan pusat pendidikan geologi untuk melahirkan ahli-ahli geologi handal selanjutnya. Di kuasai Jepang pada waktu itu, bersama Soenoe Soemosoesastro diangkat menjadi assisten departemen dimana mereka melakukan penelitian dan menemukan banyaknya cadangan kekayaan mineral di Indonesia. Hingga saat ini, semua laporan-laporan penelitian tersebut masih tersimpan di Badan Geologi Nasional, Pusat Penelitian Geologi di Bandung.
Sahabat perjuangan, Soenoe Soemosoesastro (source image) |
Setelah kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 Jepang menyerah dan angkat kaki dari Indonesia. Presiden Soekarno memerintahkan pengambilalihan asset dari Jepang. Arie Frederik Lasut terlibat pengambilalihan Djawatan Pertambangan dari Jepang secara damai. Dan diberi tanggung jawab memimpin Djawatan Pertambangan. Untuk menghindari agresi Belanda, Djawatan Petambangan dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada masa kehadiran Kolonial Belanda setelah kemerdekaan, salah satu misi utamanya adalah menguasai kekayaan sumber daya energi di Indonesia. Posisi Djawatan Pertambangan pun menjadi sangat vital untuk dikuasai karena pihak Kolonial Belanda telah mengetahui adanya laporan penelitian tentang kekayaan mineral Indonesia. Arie Frederiki Lasut pun dicari keberadaannya karena dianggap paling paham dan mengerti soal pertambangan dan geologi Indonesia.
Disangsikan banyak kalangan karena latar belakangnya yang merupakan orang Minahasa dimana mereka menganggap bahwa Minahasa dianggap dekat dengan Belanda oleh karena banyaknya anak-anak Minahasa yang menempuh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda. M. M. Poerbo seorang ahli geologis senior Indonesia, murid Arie dan Soenoe mengatakan banyak kalangan menyangsikan dan berpendapat bahwa orang Minahasa berpihak pada Belanda.
Diragukan kesetiaannya, Arie Frederik Lasut menunjukkan taring nasionalismenya. Ia menolak dengan keras dan tegas untuk bekerjasama dengan Belanda. Ia justru bergabung dengan organisasi pergerakan kemerdekaan KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) dimana dia sebagai Ketua Cabang Bandung dan kemudian Ketua Cabang di Magelang turut turun ke medan perang. Menjadi Kepala Djawatan Pertambangan semasa perjuangan, ia juga diangkat dalam posisi sebagai anggota KNIP dan menjadi delegasi untuk Indonesia dalam Perjanjian Linggarjati.
Muda dan Pemberani, Pahlawan Kusuma Bangsa
Dalam sebuah perundingan damai Indonesia Belanda, yaitu Perjanjian Roem-Royen yang dimulai digelar tanggal 14 April 1949, Arie Frederik Lasut terlibat sebagai anggota delegasi pimpinan Muhamad Roem. Mengetahui keikutsertaannya dalam rombongan delegasi, pihak Belanda melancarkan aksi bujukan terbuka kepadanya untuk bekerja sama. Dimana secara terbuka pula, dia menolak dengan begitu penuh keyakinan akan bangsanya tawaran kerja sama dengan Belanda. Diyakini, hal ini membuat pihak Belanda meradang dan dianggap usaha terakhir mereka yang gagal secara memalukan.
Puncaknya, pada sabtu pagi pada tanggal 7 Mei 1949 dikeluarkan perintah khusus oleh pemerintah Kolonial Belanda berisi “A.F. Lasut zoospoedig mogelijk wegwerken” (A. F. Lasut untuk dihilangkan secepatnya) kepada Pasukan Khusus Belanda I.V.G (inlichtingen veilig heid grop) di Yogyakarta. Di bangunkan dan dijemput paksa tanpa mandi dari kediamannya di Pakem, Kaliurang Yogyakarta, ketempat yang tidak diketahui. Arie Frederik Lasut mendapat berbagai siksaan keji atas aksinya yang terus menolak menyerahkan dokumen-dokumen penting negara.
GOR Arie F Lasut, Manado (source image) |
Hingga akhirnya, sosok pribadi cerdas berusia 30 tahun ditemukan tak bernyawa dengan luka tembak sekitar 7 kilometer utara Kota Yogyakarta. Sang pemuda meninggal tepat dihari dimana Perjanjian Roem Royen ditandatangani Indonesia dan Belanda. Ia dimakamkan bersebelahan dengan makam sang istri yang dicintainya atas permintaan keluarga. Dimana 100 hari kemudian untuk menghormati jasanya, makam digali dan dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta dengan upacara negara dipimpin Mr. Asaat.
Gugur dalam keyakinannya demi menjaga asset dan kekayaan bangsa Indonesia, membuat ia dikenang sebagai patriotik dan nasionalis sejati. Diabadikan dalam sebuah nama jalan dan Gedung Olahraga di Manado, dibuatkan prasasti pada tangga jalan di Museum Geologi Bandung serta namanya terukir sebagai nama gedung di kampus UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, Fakultas Teknologi Mineral. Bersama Soenoe dinobatkan sebagai Bapak Pertambangan Indonesia.
Tanggal 16 Agustus 1968 dianugerahi "Satya Lencana Pembangunan' dan diterima putrinya, Winny Lasut. Puncaknya, Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar Pahlwan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 12/T.K/1969 tanggal 20 Mei 1969.
Pahlawan bangsa yang tidak tergiur akan harta dunia, bukan hanya sekedar berjuang di medan laga. Tapi mempertaruhkan nyawanya sendiri hanya untuk dokumen-dokumen penting berisi informasi kekayaan sumber daya negara. Betapa seolah ia tahu dan paham, kekayaan energi Indonesia saat ini ingin diperebutkan bangsa-bangsa asing. Sektor energi berperan penting dalam pembangunan bangsa, dan kita tahu pernah ada sosok yang menjadi Martir Bangsa Indonesia mempertahankan kekayaan alam dan sumber energi Indonesia. Dialah ARIE FREDERIK LASUT.
Comments
Post a Comment