| KMP.Porodisa di Pelabuhan Penyeberangan Amurang (Amurang, 1 Agustus 2025) |
Pelabuhan merupakan titik vital dari suatu sistem transportasi laut dan jalur perdagangan suatu negara. Pelabuhan tidak sekedar menjadi pintu keluar masuk barang serta manusia, tapi juga menjadi cermin seberapa teraturnya tata kelola disektor kemaritiman.
Namun, menata pelabuhan jelas tidaklah semudah membangun dermaga atau sekedar memasang lampu navigasi. Karena dalam praktiknya, segala upaya membenahi pelabuhan sering berhadapan dengan "gelombang" dan tantangan yang besar serta "kebisingan" yang datangnya dari berbagai arah, entah dari luar ataupun dari dalam sistem itu sendiri.
Gelombang yang saya maksud bukan sekedar gelombang air laut, tetapi gelombang kepentingan yang saling berbenturan. Di satu sisi, pelabuhan dituntut untuk efisien, bersih, dan modern. Di sisi lain, ada banyak kepentingan yang justru memperlambat transformasi ini.
| Keindahan yang tiada duanya di dermaga Pelabuhan Penyeberangan Amurang (Amurang, 1 Agustus 2025) |
| Sahabat-sahabat saya yang tidak kenal lelah (Amurang, 1 Agustus 2025) |
Sementara itu, kebisingan datang dari isu-isu yang mengganggu fokus pembangunan pelabuhan. Mulai dari tumpang tindih kewenangan antarlembaga, konflik kepentingan antara operator dan pengelola, hingga tekanan publik terhadap layanan yang tidak memadai.
Kebisingan ini sering kali menutupi suara-suara perubahan yang sebenarnya ingin membawa pelabuhan menjadi lebih baik. Mereka yang berupaya jujur dan profesional kerap kali tenggelam di tengah hiruk pikuk tarik-menarik kepentingan.
Menata pelabuhan di tengah situasi ini memerlukan pendekatan yang tidak hanya teknokratis, tetapi juga strategis dan integratif. Reformasi tata kelola pelabuhan harus dimulai dari keberanian menata ulang regulasi dan memberdayakan SDM yang kompeten. Teknologi digital pun perlu dimanfaatkan untuk mendorong transparansi, mempercepat layanan, dan mencegah praktik yang masih menjadi ancaman laten di banyak pelabuhan.
| Salah satu foto epik yang saya ambil dari kedua sahabat saya, (Amurang, 1 Agustus 2025) |
Kunci lainnya adalah komitmen dari para pemangku kepentingan. Baik pemerintah pusat, daerah, operator pelabuhan, maupun swasta harus duduk bersama dalam satu visi. Pelabuhan bukan hanya proyek fisik, melainkan proyek strategis untuk membangun daya saing bangsa.
Jika setiap pihak hanya sibuk dengan kepentingan sektoral, maka pelabuhan akan terus terjebak dalam pusaran gelombang dan kebisingan yang tak kunjung reda.
| Tak mengenal lelah bekerja dimalam hari di hari libur pula (Amurang, 27 Juli 2025) |
| Satu-satunya kapal di Pelabuhan Penyeberangan Amurang (Amurang, 1 Agustus 2025) |
Akhirnya, menata pelabuhan bukan sekadar tentang membangun infrastruktur, tetapi juga tentang membangun sistem dan karakter. Dibutuhkan ketegasan, konsistensi, dan keberanian untuk mengarungi gelombang dan menyaring kebisingan.
Ketika semua pihak sepakat bahwa pelabuhan adalah milik bersama, bukan milik segelintir orang, maka jalan menuju pelabuhan yang tertib, efisien, dan berdaya saing bukan lagi mimpi di tengah badai.
| 'Di lingkungan yang gelap, kejujuran akan dianggap kemunafikan'. by. Yanes A lasut |
Comments
Post a Comment